Meringkas Bahasa Indonesia Ragam Pidato
· Pendahuluan peran pidato :
Berbicara didepan umum dengan teman, dosen, dan lingkungan masyarakat tentunya sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sebagai mahasiawa. Tapi pernahkah kita memperhatikan seorang pemuka agama meyampaikan ceramahnya di depan orang banyak ?, jika pernah.. Apakah kita bisa melakukan hal seperti itu ?. Jawabannya tentu tidak semudah yang dibanyangkan. Ceramah, pidato adalah penyampaian informasi secara lisan kepada orang banyak dengan maksud dan tujuan tertentu.
Perlu kemampuan yang baik dalam mengolah kata, pemikiran yang baik dan ritme suara agar para pendengar menjadi tertarik terhadap pidato yang kita sampaikan. Seorang tokoh dalam masyarakat, seorang pemimpin, lebih-lebih lagi seorang sarjana atau ahli harus memiliki pula keahlian untuk menyajikan pikiran dan gagasannya secara oral. Dalam sejarah umat manusia dapat dicatat betapa keampuhan penyajian lisan ini, yang dapat merubah sejarah umat manusia atau sejarah suatu bangsa.
Pidato yang baik adalah pidato yang dapat mempengaruhi para pendengar, pembicara dalam hal ini harus mengetahui topik yang saat ini sedang ramai di lingkungan masyarakat beserta penyelesaiannya. Denag begitu para pendengar akan menjadi tertaik dalam mendengarkan isi dari pidato tersebut.
· Isi Metode Penyajian Oral :
Metode Penyajian Oral merupakan persiapan-persiapan dalam melakuakn penyampaian pidato secara lisan maupun secara tertulis. Dalam penyampian pidato secara lisan seperti gerak-gerik, sikap, hubungan langsung dengan hadirin menjadi penting untuk diperhatikan. Untuk pidato tertulis hal ini diabaikan.
Dan dalam penyajian lisan pendengar harus mendengarkan seluruh uraian yang akan disampaikan. Tidak dapat memilih mana yang ahrus didahulukan dan man yang dapat diabaikan. Tetapi dalam penyampaian secara tertulis pembaca bebas memilih bebas memilih mana yang dianggapnya paling menarik dan yang mana dapat ditunda. Itulah mengapa Metode Penyajian Oral begitu penting untuk diperhatikan.
· Empat Metode Penyajian Lisan :
a) Metode impromptu (serta-merta) : Metode ini adalah metode persiapan sesaat. Penyampaiannya dilakukan dengan spontanitas berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang ada dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu akan sangat menolong pembicara.
b) Metode Mengahafal : Metode ini kebalikan dari metode yang ada diatas. Penyajian lisan yang dibawakan bukan hanya direncanakan tetapi juga dicatat, kemudian dihafal kata demi kata. Ada pembicara yang berhasil menggunakan metode ini, tapi akan ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat. Dengan begitu pembicara tidak dapat melihat reaksi-reaksi yang dilakukan oleh para pendengar.
c) Metode Naskah : Metode ini jarang dipakai, kecuali pada pidato resmi dan pidato-pidato radio. Metode ini sifatnya masih sanagt kaku, sebab bila tidak mengadakan latihan yang cukup maka pembicara seolah-olah menimbulkan suatu tirai antara dia dengan pendengar.
d) Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah) : Dalam metode ini pembicara harus menyiapkan segala sesuatunya dengan cermat. Membawa catatan kecil sebagai inti dari isi penyampian disiapkan untuk menentukan sikap mana yang harus diambil dalam mengadapi para hadirin.
· Persiapan Penyajian Lisan :
Persiapan-persiapan untuk penyajian lisan, dapat dilihat melalui ketujuh langkah berikut :
A. Meneliti masalah : 1. Menentukan maksud
2. Menganalisa pendengar dan situasi
3. Memilih dan menyempitkan topic
B. Menyusun Uraian : 4. Mengumpulkan bahan
5. Membuat kerangka uraian
6. Menguraikan secara mendetail
C. Mengadakan Latihan : 7. Melatih dengan suara nyaring
· Menentukan maksud dan topik :
Setiap tulisan selalu menentukan topik tertentu yang ingin disampaikan. Tentunya didalam topik yang akan disampaikan harus memiliki maksud sebuah uraian lisan. Oleh sebab itu dalam menentukan maksud sebuah uraian lisan, pembicara harus selalu memikirkan tanggapan apa yang diinginkan dari para pendengar. Pembicara tentu menginginkan agar pendengar yakin atau mamahami sebaik-baiknya persoalan yang dikemukakan, atau percaya terhadap informasi yang diberikannya. Pembicara misalnya dapat mengharapkan tindakan-tindakan tertentu dari para pendengar sesudah ia menyelesaikan uraiannya. Bila pembicara tetap memperhatikan apa yang diinginkan, serta mengharapkan tanggapan-tanggapan atau reaksi-reaksi tertentu, maka ia sebenarnya sudah cukup banyak menghemat waktu dengan menghidarkan hak-hal yang tidak esensil.
Oleh karena itu topik pembicaraan dan tujuannya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Topik dan tujuan pertama-tama merupakan persoalan dasar bagi tema uraian dan wujud tema itu sendiri, dan kedua, topik dan tujuan bertalian sangat erat dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar dengan mengemukakan tema tadi. Sering terjadi bahwa tujuan yang diinginkan pembicara mempengaruhi pula pilihan atas suatu topik tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar